๐ŸŒž Hybrid Energy for Greener Hospitality ๐ŸŒฟ | 296 kWp Solar + 767 kWh Battery at Sudamala Resort, Labuan Bajo ๐Ÿ๏ธ

We are proud to be the EPC Partner for Xurya Daya Indonesia in delivering the 296 kWp Solar + 767 kWh Battery + Genset Hybrid System at Sudamala Resort โ€“ Labuan Bajo ๐Ÿ๏ธ.

This project represents more than just energyโ€”itโ€™s about sustainability, reliability, and a greener future for Indonesiaโ€™s tourism industry.

โœจ Whatโ€™s the impact?
โšก Stable, clean power even in remote island conditions
๐ŸŒฑ 370,000 kg COโ‚‚ reduction per year = planting 4,900+ trees
๐Ÿ”‡ Quieter nights, better guest experience, lower fuel dependence

๐Ÿš€ How PartnerSurya delivers value:
๐Ÿ”ง From design โ†’ installation โ†’ commissioning โ†’ O&M, weโ€™re end-to-end partners
๐Ÿ‘ท Local expertise ensures reliability and rapid response
๐Ÿ“ฆ Growing local inventory to guarantee uptime and faster service

This project marks another milestone in building a greener, quieter, and more resilient future for Indonesiaโ€™s hospitality sector.

๐Ÿ™ A big thank you to Xurya Daya Indonesia for trusting us as your EPC partner in this milestone project. Together, we are helping shape a more sustainable hospitality sector in Indonesia.

PartnerSurya โ€“ Powering A Greener Future โšก๏ธ

ย 

ย 

โ˜€๏ธ AIOTKU Solo – Solar Logger โ€“ Smart Solar Integration

AIOTKU Solo – Solar Logger = Smart IoT Solution for Solar PV + Building Integration Membawa PLTS Anda ke level berikutnya: aman, efisien, dan mudah dikelola

Pemakaian solar panel (PLTS) di gedung maupun industri makin populer, tapi pengelolaan energi surya tidak cukup hanya dengan pasang panel & inverter. Dibutuhkan sistem pintar untuk memastikan:

โœ… Zero Export Compliance

  • AIOTKU Solo dilengkapi Zero Export Controller yang memastikan listrik dari PLTS tidak ekspor ke PLN, sesuai regulasi di Indonesia.

โœ… Energy Monitoring Solar PV

  • Pantau produksi solar panel secara real-time

  • Bandingkan dengan konsumsi beban agar pemanfaatan PLTS lebih optimal

  • Analisa performa inverter, efisiensi panel, dan deteksi early warning bila produksi menurun

โœ… Expandable IoT Platform

  • Integrasi dengan sistem lain: genset, trafo, HVAC, pompa, hingga billing tenant. โ€ข Customizable untuk kebutuhan proyek (sensor tambahan: suhu, kelembaban, arus DC, dll.)

  • AIOTKU Solo bisa integrasi dengan inverter & sistem panel listrik

  • IoT-Dashboard : menampilkan status operasi, event log, dan histori data energi.

  • Mengurangi kebutuhan teknisi onsite โ†’ efisiensi biaya O&M

โœ… Remote Control & Automation

  • AIOTKU Solo bisa integrasi dengan inverter & sistem panel listrik

  • IoT-Dashboard : menampilkan status operasi, event log, dan histori data energi.

  • Mengurangi kebutuhan teknisi onsite โ†’ efisiensi biaya O&M

ย 

โœ… Data & Reporting

  • Laporan otomatis (harian, bulanan, tahunan) untuk kWh produksi, kWh konsumsi, dan kontribusi energi surya.

  • Mendukung keperluan sertifikasi green building dan laporan ESG (Environmental, Social, Governance)

  • Format laporan kompatibel dengan standar internasional (CSV, Excel, API integrasi)
  • Support Laporan tagihan billing system secara otomatis dengan format yg customable
  • Support API Integration โ€ข Tersedia integrasi api baik POST maupun GET data, format yg dapat di sesuaikan baik JSON, CSV, EXCEL maupun yg lainnya
  • Memungkinkan terintegrasi dengan system lain yang sudah ada sebelumnya, sehingga tidak banyak system
  • AI ready for Data Analyzing

ย 

โœฆ Secara garis besar benefit Implementasi AIOTKU Solo

  • Mengurangi frekuensi inspeksi manual dan mempercepat troubleshooting.
  • Mendukung regulasi PLN terkait zero export.ย 
  • Data akurat & real-time untuk manajemen energi.ย 
  • Device simple dan ready banyak, sehingga jika terjadi kerusakan cepat untuk recovery nya โธป ๐Ÿ“ก AIOTKU Solo = Smart IoT Solution for Solar PV + Building Integration Membawa PLTS Anda ke level berikutnya: aman, efisien, dan mudah dikelola

ย 


Brosur silahkan klik dan download di bawah ini :ย 

AIOTKU - SOLO - Solar Logger

Fitur Utama AIOTKU Solo untuk PLTS_partnersurya

ย 

Untuk info lebih lanjut , bisa kontak sales & marketing representative kami :ย 

ZAHRA

FITRI

SHINTA

ย 

Tantangan Koreksi Faktor Daya pada Fasilitas Terintegrasi PLTS & Solusi Hybrid SVG + AHF

Pendahuluan

Peningkatan adopsi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada sektor industri dan komersial telah menjadi bagian penting dari transisi energi global. PLTS menawarkan keuntungan besar, seperti penghematan biaya energi, pengurangan emisi karbon, dan mendukung pencapaian target green building. Namun, integrasi PLTSโ€”khususnya sistem on-gridโ€”membawa tantangan teknis baru dalam pengelolaan sistem kelistrikan internal.

Salah satu isu utama yang sering luput dari perhatian adalah penurunan faktor daya (cos ฯ†) saat impor daya dari jaringan (grid) sangat rendah. Kondisi ini menjadi masalah serius karena dapat memicu penalti dari PLN, menurunkan efisiensi sistem, dan berdampak negatif pada performa peralatan listrik.


๐Ÿง  Teori Dasar: Mengapa PLTS Bisa Membuat Faktor Daya Turun?

1. Apa Itu Faktor Daya?

Faktor daya (power factor / cos ฯ†) adalah rasio antara:

  • Daya aktif (kW): energi yang benar-benar digunakan untuk menjalankan peralatan.

  • Daya semu (kVA): gabungan antara daya aktif dan daya reaktif.

  • Daya reaktif (kVAR): energi yang dibutuhkan oleh peralatan induktif (motor, transformator, HVAC) untuk membentuk medan magnet, tetapi tidak menghasilkan kerja nyata.

Faktor daya ideal mendekati 1, menandakan sistem efisien. PLN umumnya mewajibkan faktor daya minimal 0,85โ€“0,90, dan mengenakan penalti jika di bawah batas tersebut.


2. Apa yang Terjadi Saat PLTS Aktif?

Saat PLTS menghasilkan energi secara maksimal (siang hari), konsumsi daya aktif dari jaringan PLN turun drastis. Beberapa fasilitas bahkan mengalami net zero import, yaitu seluruh beban aktif disuplai oleh PLTS.

Namun, beban reaktif tetap ada, dan tidak disuplai oleh PLTS karena inverter hanya menyediakan daya aktif. Akibatnya:

  • Rasio kW/kVA menjadi rendah โ†’ faktor daya menurun

  • Sistem koreksi reaktif konvensional (kapasitor bank) tidak aktif, karena berbasis arus dari grid yang terlalu kecil

  • Terjadi kelebihan daya reaktif dari sisi PLN, meskipun energi aktif sangat kecil

  • Penalti cos ฯ† tetap muncul, dan sistem dianggap boros oleh PLN


โš ๏ธ Contoh Gejala Lapangan

  • Panel kapasitor bank mati sepanjang siang hari meskipun beban tetap jalan

  • Nilai cos ฯ† di kWh meter PLN drop ke 0.70โ€“0.80

  • Tidak ada pengurangan penalti reaktif meskipun sudah pasang PLTS

  • Ketika inverter PLTS shutdown di sore hari, baru kapasitor bank bekerja kembali


โœ… Solusi: Sistem Hybrid Koreksi Daya Reaktif (SVG + AHF)

Untuk menjawab tantangan ini, pendekatan modern dalam koreksi faktor daya menggunakan sistem Hybrid, yang menggabungkan dua teknologi utama:


๐Ÿ”น 1. Static Var Generator (SVG) โ€“ Koreksi Reaktif Presisi

SVG adalah peralatan elektronik berbasis inverter yang mampu:

  • Menyuntikkan atau menyerap daya reaktif secara kontinu (stepless)

  • Merespons perubahan beban dalam milidetik

  • Bekerja secara independen dari arus grid, ideal saat impor PLN sangat kecil

  • Menjaga cos ฯ† stabil di atas 0.95โ€“1.00, bahkan di kondisi beban rendah atau PLTS full power

Keunggulan SVG:

  • Presisi tinggi (ยฑ1% target PF)

  • Tidak overcompensate

  • Tidak terpengaruh switching delay seperti kapasitor bank


๐Ÿ”น 2. Active Harmonic Filter (AHF) โ€“ Pemurnian Kualitas Daya

Bersamaan dengan koreksi faktor daya, sistem PLTS biasanya menimbulkan distorsi harmonik akibat switching inverter, VFD, UPS, dan peralatan elektronik lainnya. Harmonik ini dapat:

  • Menyebabkan panas berlebih pada trafo dan kabel

  • Memicu false trip MCB

  • Mengganggu sistem kontrol dan komunikasi

AHF bekerja secara simultan dengan SVG:

  • Menyaring harmonik secara real-time

  • Menurunkan THDi (Total Harmonic Distortion) hingga <5%

  • Meningkatkan kualitas tegangan dan umur peralatan


๐Ÿงฉ Cara Kerja Sistem Hybrid

Elemen Fungsi Kapan Bekerja
Kapasitor Bank Bertingkat Kompensasi reaktif beban stabil Beban besar, tidak fluktuatif
SVG Kompensasi reaktif cepat, halus Beban kecil/fluktuatif, PLTS aktif
AHF Filter harmonik dari inverter & VFD 24/7, otomatis menyesuaikan kondisi

๐ŸŽฏ Manfaat Sistem Hybrid SVG + AHF untuk PLTS

  • โœ”๏ธ Menjaga faktor daya tetap optimal, meskipun arus PLN sangat kecil

  • โœ”๏ธ Menghindari denda reaktif dari PLN

  • โœ”๏ธ Meningkatkan keandalan sistem dan umur transformator

  • โœ”๏ธ Menurunkan THDi sesuai standar IEEE/PLN

  • โœ”๏ธ Mendukung integrasi PLTS jangka panjang tanpa masalah kualitas daya

  • โœ”๏ธ Ideal untuk industri, komersial, green building, dan smart factory


๐Ÿ”š Kesimpulan

Mengandalkan PLTS saja tidak cukup untuk menjamin performa sistem kelistrikan tetap optimal. Justru, semakin tinggi penetrasi PLTS, semakin penting penggunaan sistem koreksi daya reaktif yang adaptif dan cerdas.

Solusi Hybrid berbasis SVG dan AHF adalah pendekatan masa depan yang menjawab tantangan kualitas daya di era energi terbarukan. Dengan sistem ini, Anda dapat memastikan faktor daya, efisiensi energi, dan umur infrastruktur kelistrikan tetap terjaga dalam jangka panjang.


Ingin mengetahui potensi optimasi faktor daya di fasilitas Anda?
Konsultasikan kebutuhan Anda bersama tim PartnerSurya dan Sarana Energi Investama.

๐Ÿ“ฉ Hubungi kami sekarang untuk presentasi, studi kasus, dan simulasi instalasi.

Tantangan Koreksi Faktor Daya di Fasilitas Terintegrasi PLTS: Ketika Impor Daya Grid Menurun Tajam

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak fasilitas industri, gedung komersial, hingga kawasan terpadu yang mulai mengintegrasikan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ke dalam sistem kelistrikan internal mereka. Tujuannya tentu mulia: mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, menurunkan biaya operasional, dan memenuhi standar green building atau sustainability.

Namun, seiring dengan meningkatnya penetrasi energi surya โ€” terutama pada sistem on-grid yang terhubung ke jaringan PLN โ€” muncul pula tantangan-tantangan baru yang sebelumnya jarang terjadi pada sistem kelistrikan konvensional. Salah satu masalah teknis yang sering muncul namun kurang diperhatikan adalah menurunnya efektivitas sistem koreksi faktor daya (power factor correction), khususnya pada jam-jam puncak generasi surya.

Fenomena ini menyebabkan faktor daya tampak menurun, walaupun sistem sudah dilengkapi dengan kapasitor bank atau peralatan kompensasi lainnya. Hal ini cukup membingungkan bagi banyak teknisi maupun pengelola fasilitas, karena sistem koreksi yang sebelumnya bekerja baik menjadi tampak tidak berfungsi atau bahkan tidak aktif sama sekali.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Untuk memahaminya, kita perlu menelusuri kembali prinsip dasar hubungan antara konsumsi daya, kompensasi reaktif, dan bagaimana sistem PLTS memengaruhi dinamika ini.


Teori Dasar: Hubungan antara Impor Daya Grid, Daya Reaktif, dan Faktor Daya

Apa itu Faktor Daya?

Secara teknis, faktor daya (cos ฯ†) adalah perbandingan antara:

  • Daya aktif (kW): energi nyata yang digunakan oleh peralatan untuk melakukan kerja (memutar motor, menyalakan lampu, dll).

  • Daya semu (kVA): gabungan dari daya aktif dan daya reaktif.

  • Daya reaktif (kVAR): energi bolak-balik yang dibutuhkan oleh peralatan induktif (motor, trafo, ballast) untuk membentuk medan magnet, tapi tidak menghasilkan kerja nyata.

Faktor daya yang ideal adalah mendekati 1, artinya hampir seluruh daya yang dikonsumsi adalah daya aktif. PLN biasanya mewajibkan pelanggan menjaga cos ฯ† di atas 0,85 โ€“ 0,90, dan memberikan penalti jika berada di bawah ambang batas tersebut.

Dampak PLTS terhadap Dinamika Daya

Saat fasilitas mengandalkan PLTS untuk memenuhi sebagian besar atau bahkan seluruh kebutuhan dayanya, konsumsi daya aktif dari jaringan (grid) menurun drastis. Bahkan pada siang hari yang cerah, beberapa sistem PLTS skala besar mampu men-supply 100% kebutuhan internal, sehingga arus dari sisi PLN bisa mendekati nol.

Namun yang perlu diperhatikan:

  • Beban reaktif dari sistem (motor, lampu, HVAC) masih tetap ada.

  • Ketika daya aktif dari grid turun sangat rendah, tetapi beban reaktif tetap, maka perbandingan antara kW dan kVAR menjadi tidak seimbang, menyebabkan faktor daya tampak menurun tajam.

  • Sistem koreksi seperti kapasitor bank bertingkat biasanya bekerja berdasarkan arus beban dari grid. Ketika arus ini kecil (karena PLTS memenuhi kebutuhan beban), maka kapasitor bank tidak aktif karena sistem mengira beban reaktif tidak diperlukan.

Kondisi yang Dihadapi di Lapangan

Beberapa gejala umum yang sering ditemui di fasilitas yang telah mengintegrasikan PLTS antara lain:

  • Panel kapasitor bank tidak aktif pada siang hari.

  • Nilai faktor daya dari sisi kWh meter PLN drop di bawah 0.85, bahkan meskipun beban aktual tidak meningkat.

  • Tagihan penalti reaktif tetap muncul meskipun beban aktif rendah.

Semua ini menunjukkan bahwa sistem koreksi reaktif tradisional tidak mampu mendeteksi atau menanggapi dinamika baru yang terjadi akibat adanya pembangkit internal seperti PLTS.

ย 

Tertarik mengoptimalkan sistem PLTS Anda?
๐Ÿ“ž Hubungi tim teknis kami di PartnerSurya hari ini, dan konsultasikan kebutuhan Anda secara GRATIS.

ย 

ย 

Solusi Koreksi Faktor Daya pada Sistem PLTS Terintegrasi: Pendekatan Adaptif dan Presisi

Dampak PLTS terhadap Sistem Faktor Daya Pelanggan

Integrasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada fasilitas industri atau komersial memberikan banyak keuntungan, terutama dalam hal penghematan biaya energi dan pengurangan emisi karbon. Namun, kehadiran PLTS juga membawa dampak tersendiri terhadap kondisi kelistrikan internal, khususnya dalam hal faktor daya (cos ฯ†).

Pada sistem tradisional tanpa PLTS, seluruh kebutuhan listrik dipenuhi dari jaringan PLN. Dalam kondisi ini, pemantauan dan pengendalian faktor daya relatif stabil karena seluruh daya aktif dan reaktif tercermin secara langsung di sisi jaringan.

Namun, ketika PLTS masuk sebagai sumber energi tambahanโ€”terutama dalam kapasitas besarโ€”terjadi penurunan signifikan pada daya aktif yang diimpor dari grid (PLN). Dalam banyak kasus, selama siang hari, fasilitas bisa hampir sepenuhnya disuplai oleh PLTS, dan hanya sedikit arus yang mengalir dari jaringan. Meski hal ini baik dari sisi efisiensi energi, namun justru menimbulkan masalah berikut:


1. Terjadi Penurunan Akurasi Pemantauan Faktor Daya

Sebagian besar sistem koreksi faktor daya konvensional (misalnya kapasitor bank otomatis) dirancang untuk merespons kondisi beban berdasarkan arus dan tegangan dari sisi jaringan. Ketika daya aktif dari jaringan sangat rendah karena disubstitusi oleh PLTS:

  • Arus dari grid mendekati nol.

  • Sensor arus dan tegangan tidak mampu membaca kondisi beban reaktif secara representatif.

  • Akibatnya, sistem koreksi reaktif tidak aktif, atau aktif dalam kondisi yang tidak tepat.


2. Beban Reaktif Tetap Ada, Tapi Tidak Terkompensasi

Meskipun daya aktif berasal dari PLTS, berbagai beban reaktif di fasilitas (seperti motor induksi, transformator, HVAC) tetap berjalan dan tetap membutuhkan kompensasi. Karena sistem koreksi reaktif tidak terpicu akibat arus dari grid yang rendah, maka:

  • Beban reaktif tidak tertangani.

  • Faktor daya tampak buruk pada sisi kWh meter PLN.

  • Penalti dari PLN tetap muncul, meskipun konsumsi energi sangat kecil.


3. Ketidakseimbangan Lokal Daya Aktif dan Reaktif

Karena pembangkitan PLTS bersifat lokal, ia hanya menyuplai daya aktif. Jika tidak diimbangi dengan penyediaan daya reaktif lokal juga, maka sistem akan:

  • Menarik daya reaktif dari grid.

  • Meningkatkan arus reaktif yang mengalir bolak-balik dari dan ke jaringan.

  • Menyebabkan pemborosan energi dan tegangan tidak stabil, terutama di ujung jaringan distribusi.


Pendekatan Solusi: Sistem Kompensasi Cerdas dan Adaptif

Untuk menjawab tantangan ini, diperlukan pendekatan koreksi faktor daya yang mampu bekerja secara independen dari besar-kecilnya arus dari grid, dan memiliki kemampuan untuk:

  1. Mendeteksi beban reaktif secara real-time, termasuk dari sisi beban internal dan efek dari pembangkitan surya.

  2. Memberikan kompensasi daya reaktif dengan tingkat presisi tinggi, meskipun daya aktif dari grid sangat kecil.

  3. Beroperasi secara cepat dan responsif terhadap perubahan beban maupun fluktuasi output PLTS akibat kondisi cuaca.

Sistem seperti ini umumnya mengombinasikan dua pendekatan utama:

  • Kompensasi berbasis langkah (step-based compensation) untuk menangani beban reaktif yang sifatnya stabil atau besar.

  • Kompensasi presisi berbasis elektronik untuk menangani fluktuasi kecil dan cepat, yang tidak bisa ditangani oleh sistem konvensional.

Selain itu, sistem ini juga perlu dilengkapi dengan kemampuan:

  • Memantau kualitas daya secara menyeluruh, termasuk harmonik, unbalance, dan fluktuasi tegangan.

  • Beradaptasi terhadap perubahan beban akibat pengaruh PLTS, baik pada jam siang maupun malam hari.

  • Bekerja mandiri tanpa tergantung besar arus dari sisi jaringan PLN.


Kesimpulan

Integrasi PLTS ke dalam sistem kelistrikan fasilitas memerlukan pendekatan baru dalam pengelolaan faktor daya. Sistem koreksi reaktif yang efektif harus mampu membaca dan merespons kondisi beban secara lokal dan real-time, tanpa tergantung besar kecilnya arus dari jaringan. Solusi yang adaptif dan presisi menjadi kunci dalam menjaga performa sistem kelistrikan tetap optimal, menghindari penalti PLN, serta mendukung transisi energi bersih secara berkelanjutan.


Kesimpulan: Teknologi Harus Menyesuaikan Perubahan Energi

Di era transisi energi dan elektrifikasi, penggunaan PLTS sudah menjadi keharusan. Namun, pengelolaan kualitas daya juga harus mengikuti perkembangan ini. Koreksi faktor daya bukan lagi sekadar memasang kapasitor bank, tetapi butuh pendekatan yang lebih adaptif, presisi, dan responsif terhadap dinamika sistem yang berubah karena integrasi energi surya.

Seinvestama siap membantu Anda merancang dan mengimplementasikan solusi koreksi faktor daya yang sesuai dengan kebutuhan fasilitas Andaโ€”baik industri, gedung perkantoran, mall, maupun fasilitas publik lainnya.


Tertarik mengoptimalkan sistem PLTS Anda?
๐Ÿ“ž Hubungi tim teknis kami di PartnerSurya hari ini, dan konsultasikan kebutuhan Anda secara GRATIS.

๐Ÿ”™ #ThrowbackProyek | Transmart Makassar โ€“ 2,6 MWp On Grid
Partnersurya.id x Xurya Daya Indonesia x Transmart Studio Makassar

Tiga tahun lalu, kami mendapatkan kehormatan menjadi bagian dari salah satu proyek PLTS komersial terbesar di Indonesia Timur โ€“ PLTS On Grid 2,6 MWp di Transmart Makassar.

Bersama Xurya Daya Indonesia, tim Partnersurya.id dipercaya sebagai EPC (Engineering, Procurement & Construction) untuk mewujudkan sistem solar rooftop skala besar ini di atap pusat perbelanjaan modern di jantung kota Makassar.

โšก๏ธ Beberapa highlight pencapaian proyek ini:

2,6 MWp kapasitas PLTS terpasang secara on grid dengan kualitas dan efisiensi optimal

Proyek rampung dengan standar K3 yang ketat, mengingat area kerja di pusat publik

Efisiensi desain untuk memaksimalkan produksi listrik tanpa mengganggu operasional mal

Kontribusi signifikan dalam pengurangan emisi karbon dan penghematan biaya energi jangka panjang

Transmart Makassar kini tak hanya jadi pusat belanja, tapi juga simbol komitmen energi hijau di kota Daeng.

Kolaborasi apik bersama Xurya Daya Indonesia dan kerja keras tim lapangan menjadikan proyek ini sebagai salah satu milestone penting dalam perjalanan kami sebagai EPC PLTS nasional.

Tiga tahun telah berlalu, tapi semangatnya tetap hidup di setiap proyek yang kami jalankan hari ini. ๐ŸŒž

https://www.tiktok.com/@seinvestama/video/7518679725997346054?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7282616906409936386

โœจ #ThrowbackProyek | Sadang, Purwakarta
Partnersurya.id x Xurya Daya Indonesia –  Pabrik di Sadang โ€“ 554,04 kWP On Grid (Phase 1)

ย 

Waktu berjalan cepat, nggak kerasa sudah 4 tahun berlalu sejak kami menuntaskan proyek PLTS On Grid 554,04 kWP di salah satu pabrik di kawasan industri Sadang, Purwakarta.

Saat itu, Partnersurya.id dipercaya oleh Xurya Daya Indonesia sebagai EPC untuk menjalankan proyek ini. Dan seperti biasa, kami menyambut tantangan itu dengan semangat penuh dan komitmen tinggi.

๐Ÿ’ก Beberapa pencapaian dari Phase 1 ini:

Sistem On Grid dengan kapasitas 554,04 kWP berhasil terpasang dan beroperasi stabil

Proyek diselesaikan tepat waktu, tanpa kompromi soal K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja)

Menjadi langkah awal pabrik dalam transformasi ke energi bersih & efisien

Dibalik panel surya yang terpasang rapi, ada kerja keras tim lapangan, koordinasi teknis yang matang, dan kolaborasi yang solid antara semua pihak.

Terima kasih untuk kepercayaan dari Xurya Daya Indonesia, dan untuk seluruh tim Partnersurya.id yang saat itu terlibat.
Kita bangga pernah jadi bagian dari proyek ini, dan lebih semangat lagi menyambut proyek-proyek selanjutnya ๐Ÿ’ช๐ŸŒž

Energi boleh bersih, tapi semangat kami tetap membara!

@seinvestama

Partnersurya.id x Xurya Daya Indonesia –  Pabrik di Sadang โ€“ 554,04 kWP On Grid (Phase 1)โ™ฌ suara asli – Sen

@seinvestama

Partnersurya.id x Xurya Daya Indonesia –ย  Pabrik di Sadang โ€“ 554,04 kWP On Grid (Phase 1)

โ™ฌ suara asli – Sen – Sen

Memahami I-V Curve: Menelusuri Detak Jantung Performa Panel Surya

ย 

Dalam dunia teknologi energi surya, I-V Curve (arus vs tegangan) adalah alat diagnosis paling penting dalam menilai kinerja aktual sebuah sistem PV. Sama seperti detak jantung pada manusia, I-V curve menggambarkan kesehatan panel surya dalam kondisi sebenarnya. Dengan mempelajari kurva ini, kita bisa mengetahui apakah sistem bekerja secara optimal atau mengalami gangguan.

ย 

Article content

Apa Itu I-V Curve?

I-V Curve adalah grafik hubungan antara arus (I) dan tegangan (V) dari panel surya. Kurva ini dibuat dengan mengukur respons modul terhadap beban yang bervariasi, dan sangat penting untuk:

  • Menganalisis performa secara real-time
  • Mendeteksi masalah tersembunyi (seperti shading, degradasi modul, atau bypass diode rusak)
  • Menentukan titik daya maksimum (MPP)
  • Mengoptimalkan desain dan perawatan sistem
  • Membandingkan performa antar modul atau string

I-V curve juga digunakan untuk memverifikasi apakah output sistem sesuai dengan spesifikasi teknis dan standar industri.

ย 

๐Ÿ” Elemen Penting dalam I-V Curve:

Article content
  • ISC (Short-Circuit Current): Arus maksimal saat tegangan = 0. Menunjukkan kemampuan arus maksimum dari panel.
  • VOC (Open-Circuit Voltage): Tegangan maksimal saat arus = 0. Menandakan tegangan maksimum ketika tidak ada beban.
  • Pmax (Maximum Power Point): Titik daya tertinggi pada kurva. Di sinilah panel menghasilkan output daya tertinggi.
  • Fill Factor (FF): Indikator efisiensi panel, dihitung dari Pmax dibagi dengan (ISC ร— VOC). Semakin tinggi FF, semakin baik performa panel.

Kurva yang sehat memiliki bentuk khas: arus tinggi di awal, stabil di sebagian besar rentang, lalu menurun mendekati tegangan maksimum.

ย 

๐ŸŒž Mengapa I-V Curve Krusial?

Berdasarkan hasil studi dan praktik lapangan, interpretasi kurva I-V sangat penting karena:

  • Diagnosis akurat tanpa membongkar sistem: I-V tracing dapat mendeteksi sel retak, modul rusak, hingga sambungan longgar hanya dari bentuk kurvanya. Ini sangat membantu dalam pemeliharaan preventif.
  • Membantu proses klaim garansi: Banyak produsen menerima data I-V sebagai bukti awal kerusakan modul.
  • Alat prediksi performa jangka panjang: Dengan membandingkan kurva aktual terhadap kurva standar atau baseline, kita dapat melacak degradasi kinerja seiring waktu.
  • Optimasi sistem: Data I-V membantu perancang sistem untuk menyesuaikan inverter dan konfigurasi sistem sesuai titik MPP yang paling efisien.

ย 

Flowchart Practice Pengukuran Di Lapangan

Article content

Dengan mengenali pola ini, teknisi dapat segera menentukan tindakan korektif yang tepat.

ย 

Beberapa Tips Troubleshooting Pengukuran:

  • Gunakan sensor irradiance & temperatur yang presisi untuk validasi data.
  • Lakukan pengujian saat cuaca cerah dan irradiance โ‰ฅ 700 W/m2 agar hasil kurva valid.
  • Pastikan konektor dan wiring dalam kondisi prima sebelum pengukuran.
  • Gunakan metode selective shading atau half-splitting untuk mengisolasi masalah antar modul atau string.
  • Simpan dan bandingkan data kurva secara berkala untuk analisis tren performa.

ย 

I-V curve bukan sekadar grafik; ia adalah jendela transparan untuk menilai kesehatan sistem PV. Bagi engineer, teknisi O&M, hingga pemilik sistem, memahami kurva ini = memahami efisiensi dan masa depan sistem energi surya Anda.

Semakin akurat pembacaan kurva, semakin tepat pula keputusan teknis yang bisa diambil.

Partnersurya sendiri telah melakukan training tools terbaru yakni: HT Italia I V600 IV-Curve yang detailnya bisa anda tonton dibawah ini

ย 
ย 

#SolarPV #IVCurve #PVTesting #EnergiSurya #CleanTech #OandM #PVMonitoring #GreenEnergy #SaranaEnergiInvestama #PartnerSurya #TrainingHTItalia #IVCurve #SolarTesting #PLTS #EnergiTerbarukan #RenewableEnergy #GreenEnergy #KomitmenKualitas #SolarPanelInspection #PLTS #NetZero #EfisiensiEnergi

Pentingnya Pengukuran Riso (Insulation Resistance) dalam Sistem PLTS

Pendahuluan

Dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), keandalan dan keamanan sistem sangat bergantung pada kondisi isolasi dari komponen-komponennya, terutama modul surya, kabel DC, dan inverter. Salah satu parameter penting yang sering digunakan untuk menilai kondisi ini adalah R iso atau Insulation Resistance (tahanan isolasi). Pengukuran R iso wajib dilakukan sebagai bagian dari proses commissioning, pemeliharaan berkala, maupun saat terjadi gangguan sistem.


Apa itu R iso?

R iso (Insulation Resistance) adalah nilai resistansi listrik antara konduktor aktif (positif dan negatif) terhadap ground (tanah). Nilai ini menunjukkan seberapa baik suatu sistem terisolasi dari tanah, dan menjadi indikator adanya kebocoran arus atau degradasi isolasi kabel dan peralatan.

Semakin tinggi nilai R iso, semakin baik kualitas isolasinya. Sebaliknya, nilai R iso yang rendah dapat mengindikasikan adanya:

  • Kerusakan atau penuaan pada kabel DC

  • Kelembaban atau air masuk dalam konektor atau kotak sambung (junction box)

  • Modul PV yang retak atau delaminasi

  • Ground fault (hubungan singkat ke tanah)


Standar Nilai R iso

Menurut standar internasional seperti IEC 62446-1 dan IEC 60364-6, nilai minimum R iso yang dapat diterima adalah:

  • > 1 Mฮฉ per string pada tegangan pengujian 500 โ€“ 1000 VDC

  • Untuk sistem PLTS dengan inverter tanpa trafo (transformerless), produsen inverter sering mensyaratkan nilai minimum R iso di atas 2 Mฮฉ atau bahkan 10 Mฮฉ


Waktu Pengukuran R iso

Pengujian insulation resistance dapat dilakukan pada beberapa tahap berikut:

  1. Sebelum commissioning: Untuk memastikan semua kabel dan komponen dipasang dengan benar dan aman.

  2. Setelah pemasangan: Untuk mendeteksi potensi kerusakan akibat instalasi.

  3. Secara berkala: Sebagai bagian dari pemeliharaan preventif tahunan.

  4. Saat terjadi gangguan: Misalnya inverter menunjukkan fault “isolation error” atau “ground fault detected”.


Peralatan Pengujian

Beberapa alat yang umum digunakan untuk mengukur R iso pada sistem PV antara lain:

  • HT Instruments PV-Checks: Dirancang khusus untuk pengujian sistem PV, termasuk Insulation Resistance hingga 1000 VDC.

  • Megger MIT seri: Penguji isolasi standar industri.

  • Fluke 1555/1550C: Penguji insulasi tegangan tinggi hingga 10 kV.


Langkah-langkah Pengukuran

  1. Pastikan sistem dalam kondisi mati dan aman (open isolator).

  2. Lepaskan string PV dari inverter.

  3. Hubungkan test lead ke konduktor positif dan ground.

  4. Lakukan hal yang sama untuk konduktor negatif dan ground.

  5. Lakukan pengukuran dengan tegangan sesuai rekomendasi (500โ€“1000V DC).

  6. Catat nilai R iso dan bandingkan dengan standar minimum.


Interpretasi Hasil

Nilai R iso Kondisi Isolasi Tindakan
> 100 Mฮฉ Sangat baik Aman digunakan
10 โ€“ 100 Mฮฉ Baik Aman, teruskan pemantauan
1 โ€“ 10 Mฮฉ Perlu perhatian Investigasi lebih lanjut
< 1 Mฮฉ Tidak aman Lakukan perbaikan segera

Kesimpulan

Pengukuran R iso merupakan langkah krusial untuk menjaga keselamatan, keandalan, dan efisiensi sistem PLTS. Nilai isolasi yang rendah dapat menyebabkan gangguan operasional, penurunan performa, bahkan risiko kebakaran atau sengatan listrik. Oleh karena itu, seluruh teknisi dan tim pemeliharaan wajib menjadikan pengukuran ini sebagai bagian dari SOP utama dalam pengujian dan perawatan PLTS.


Referensi Pustaka

  1. IEC 62446-1:2016 โ€“ Grid connected photovoltaic systems – Minimum requirements for system documentation, commissioning tests and inspection.

  2. IEC 60364-6:2016 โ€“ Low-voltage electrical installations – Part 6: Verification.

  3. HT Instruments โ€“ User Manual PV-Checks & IV600.

  4. Fluke Corporation โ€“ Application Note: Insulation Resistance Testing.

  5. Megger โ€“ Guide to Insulation Testing (2021 Edition).

  6. Solar Energy International (SEI), Photovoltaic Systems, 4th Edition.

ย 

ย 

https://partnersurya.id/seaward/
https://partnersurya.id/seaward-solar-survey-200r/
https://partnersurya.id/solar-utility-pro-complete-kit/
https://partnersurya.id/ht-instruments-pvchecks/
https://partnersurya.id/ht-instruments-i-v600/
https://partnersurya.id/specialist-solar-rental-tools/
https://partnersurya.id/ht-instruments/
https://partnersurya.id/jasa-maintenance-solar-panel/
https://partnersurya.id/our-specialized-services/
https://partnersurya.id/panel-manufaktur-ac-combiner/

๐—ž๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป: ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฅ๐—ถ๐˜€๐—ผ ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ฆ๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฒ๐—บ ๐—ฃ๐—Ÿ๐—ง๐—ฆ ๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฝ๐—ฎ ๐—š๐—ฎ๐—น๐˜ƒ๐—ฎ๐—ป๐—ถ๐—ฐ ๐—œ๐˜€๐—ผ๐—น๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ผ๐—ป

๐Ÿ”ง ๐—ž๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป: ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฅ๐—ถ๐˜€๐—ผ ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ฆ๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฒ๐—บ ๐—ฃ๐—Ÿ๐—ง๐—ฆ ๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฝ๐—ฎ ๐—š๐—ฎ๐—น๐˜ƒ๐—ฎ๐—ป๐—ถ๐—ฐ ๐—œ๐˜€๐—ผ๐—น๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ผ๐—ป

๐—”๐—ฝ๐—ฎ ๐—œ๐˜๐˜‚ ๐—ฅ๐—ถ๐˜€๐—ผ?

Riso (Insulation Resistance) adalah hambatan isolasi total dari sistem PV terhadap tanah. Nilai ini menunjukkan seberapa baik sistem terlindung dari kebocoran arus.

Komponen yang menyumbang terhadap nilai Riso antara lain modul PV, kabel DC, dan inverter.

๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ ๐—ฅ๐—ถ๐˜€๐—ผ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด?

Pada inverter tanpa transformator, tidak ada isolasi galvanik antara sistem PV dan jaringan listrik. Oleh karena itu, Riso harus diukur sebelum sistem terhubung ke jaringan untuk memastikan keamanan dari kebocoran arus listrik.

Nilai Riso yang terlalu rendah dapat mencegah inverter menyambung ke jaringan, meskipun tidak ada kerusakan nyata pada sistem.

๐—ง๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ฆ๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฒ๐—บ ๐—ฆ๐—ธ๐—ฎ๐—น๐—ฎ ๐—•๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ฟ

Semakin besar sistem PV, semakin kecil nilai Riso akibat banyaknya modul yang disambung paralel.

Nilai Riso yang rendah tidak selalu berarti ada kerusakan, tetapi bisa membuat sistem tidak memenuhi standar lama, sehingga perlu pembaruan pendekatan.

๐—ฆ๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—™๐—ผ๐—ฟ๐—บ๐˜‚๐—น๐—ฎ ๐—•๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚

Standar lama seperti DIN VDE 0126-1-1 mengatur bahwa Riso minimal adalah 1 kฮฉ/V atau setidaknya 500 kฮฉ.

SMA dan asosiasi profesional Jerman mengusulkan formula baru:

โžค Riso = 2000 kฮฉ x kW/PDC inverter

Ini mempertimbangkan kapasitas inverter, dan tetap memenuhi tujuan perlindungan tanpa overestimasi.

Perbedaan dengan Fenomena Lain

Riso berbeda dengan arus kapasitif yang hanya terjadi saat sistem beroperasi. Riso diukur sebelum sistem menyala dan berkaitan dengan keselamatan sistem secara keseluruhan.

โš ๏ธ ๐—ž๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป ๐—”๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ

Pengukuran Riso sangat krusial dalam sistem PV modern, terutama pada sistem dengan inverter tanpa isolasi galvanik. Tanpa pengukuran yang tepat dan penyesuaian standar, sistem besar berisiko mengalami kegagalan koneksi ke jaringan meskipun komponennya sehat. Inovasi dalam metode pengukuran dan penyesuaian nilai ambang seperti yang dilakukan oleh SMA menjadi solusi penting demi menjaga keamanan, efisiensi, dan keandalan sistem PLTS.

Dokumen bisa di unduh disini 

https://files.sma.de/downloads/Riso-UEN123622.pdf

Alat untuk pengecekan Riso